TUJUAN UMUM AUDIT ATAS
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Asersi Manajemen
|
Tujuan Umum Audit
|
a. Keberadaan
|
Aktiva dan Kewajiban entitas ada pada tgl
tertentu dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi dalam periode tertentu.
|
b. Kelengkapan
|
Semua transaksi dan akun yang seharusnya telah
disajikan dalam laporan keuangan
|
c. Hak dan Kewajiban
|
Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah
kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
|
d. Penilaian atau alokasi
|
Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan , dan
biaya telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
|
e. Penyajian dan pengungkapan
|
Komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, digambarkan , dan diungkapkan secara semestinya.
|
Bagaimana Tujuan Audit dapat Dicapai ?
a.
Pada saat auditor
memutuskan tujuan spesifik audit untuk setiap komponen laporan keuangan, proses
pengumpulan bahan bukti dapat dimulai.
b.
Proses audit adalah
metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan
bahan bukti pendukung yang kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit :
TUJUAN SPESIFIK ATAS
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (Contoh : Persediaan Barang & dihubungkan dengan asersi
manajemen)
Asersi manajemen
|
Tujuan umum audit
|
Tujuan spesifik audit yang
diterapkan pada
Persediaan barang
|
Ø Keberadaan/
eksistensi
Ø Kelengkapan
Ø Hak
dan kewajiban
Ø Penilaian
atau alokasi
Ø Penyajian
dan pengungkapan
|
Keabsahan
Kelengkapan
Kepemilikan
Penilaian
Alokasi
Pisah batas
Akurasi mekanis
Penyajian dan Pengungkapan
|
Semua persediaan yang dicatat
memang terdapat pada tanggal neraca.
Semua persediaan yang ada telah
dihitung dan dicantumkan dalam ikhtisar persedian.
Perusahaan berhak atas semua
persediaan yang tercantum.
Persediaan berhak digunakan
sebagai jaminan
Jumlah persediaan sesuai dengan
setiap rincian barang-barang yang secara fisik ada di tangan.
Harga yang digunakan untuk menilai
persediaan sudah wajar.
Perhitungan harga dikalikan jumlah
sudah benar dan rincian ditambahkan secara benar.
Persediaan telah diturunkan
nilainya di mana ada pengurangan nilai bersih yang direalisasikan.
Pos-pos persediaan telah
diklasifikasikan dengan pantas menurut bahan baku, barang dalam proses dan
barang jadi.
Pisah batas pembelian pada akhir
tahun memang tepat.
Pisah batas penjualan pada akhir
tahun adalah tepat.
Total persediaan sesuai dengan
buku besar.
Katagori utama persediaan dan
basis penilaian telah diungkapkan.
Persediaan yang digadaikan atau
diserahkan telah diungkapkan.
Persediaan telah digolongkan
dengan benar.
|
BUKTI PEMERIKSAAN
a.
Bukti
Pemeriksaan : digunakan
sebagai dasar dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksanya.
b.
“Bukti pemeriksaan
harus dikumpulkan untuk menilai penyajian laporan keuangan” sebagaimana
dijelaskan dalam :
c.
Standar Auditing
Laporan Audit ( Paragraf Ruang Lingkup )
Pengumpulan bukti dilakukan dengan :
a.
Pengujian
terhadap catatan akuntansi kliennya.
b.
Melakukan
prosedur pemeriksaan.
Tujuan Akuntan
melakukan pengujian terhadap
catatan akuntansi kliennya adalah untuk mengumpulkan :
a.
Bukti bahwa transaksi
telah dianalisis dan dicatat.
b.
Bukti mengenai
ketelitian perhitungan dalam catatan
c.
Bukti bahwa pekerjaan
peringkasan rekening-rekening dan pembuatan laporan telah dilakukan dengan
teliti sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK).
d.
Tujuan akuntan
melakukan prosedur pemeriksaan adalah untuk
mengumpulkan :
e.
Bukti dengan
pengamatan fisik guna membuktikan apakah aktiva benar-benar ada.
f.
Bukti bahwa semua
utang yang menjadi kewajiban klien telah dicantumkan dalam laporan keuangan.
g.
Bukti dari Bank,
pelanggan, dan sumber lain di luar perusahaan, yang menguatkan bukti yang
dikumpulkan dari catatan akuntansi klien.
Faktor yang mempengaruhi dapat dipercayainya bahan bukti adalah
:
a.
Sumber
Bahan Bukti : Bukti
yang tingkat kompetensinya tinggi adalah bukti yang berasal dari luar klien.
Contoh : Konfirmasi Bank, Debitur, Kreditur dll.
b.
Struktur Pengendalian
Intern. : Pengendalian Intern yang Kuat / baik menyebabkan dapat dipercayanya
catatan akuntansi dan bukti lain dalam organisasi klien.
c.
Cara
Untuk memperoleh Bahan Bukti ; Bukti yang diperoleh dengan cara
pemeriksaan tangan pertama adalah relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya
bila dibandingkan pemeriksaan tangan ke dua.
d.
Kualifikasi
orang yang memberikan informasi terhadap Bukti : Bukti yang diperoleh
dari pihak spesialis ( Ahli Geologi, Ahli Elektro, Pengacara, dll).
Misalnya apabila kliennya adalah perusahaan Pengolahan Minyak maka dalam
penilaian persediaan lebih baik diperoleh dari Ahli Geologi.
Tipe / Jenis Bukti Pemeriksaan
1.
Struktur
Pengawasan Intern/Pengendalian Intern (SPI); SPI yang baik merupakan bukti yang kuat mengenai
dapat dipercayainya informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
Sedangkan SPI yang buruk/lemah menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan
sebagai sumber bukti.
2.
Bukti
Fisik ; bukti
yang dapat diperoleh dengan melakukan inspeksi/perhtungan Aktiva berwujud.
Misalnya : Stok opname persediaan , kas opname, stok opname surat berharga.
3.
Bukti
Dokumenter ; terbuat
dari kertas dengan informasi huruf, angka atau simbol lain.
Bukti Dokumen terdiri dari 3 golongan :
1.
Bukti dokumenter yang
dibuat oleh pihak luar perusahaan dan dikirim langsung kepada kantor Akuntan. Misalnya : surat konfirmasi
2.
Bukti dokumenter yang
dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien. Misalnya:
Rekening koran Bank, Faktur dari penjual (transaksi
pembelian), sertifikat saham, obligasi, sertifikat wesel tagih.
3.
Bukti Dokumenter yang
dibuat dan disimpan oleh klien. Misalnya ; faktur penjualan, surat order
pembelian, bukti pengiriman barang , surat representasi.
4.
Catatan
Akuntansi sebagai bukti .
Misalnya ; Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu.
5.
Perhitungan
sebagai bukti (bersifat kuantitatif)
6.
Bukti
Lisan : dengan
mengajukan pertanyaan lisan kepada para manajer, atau bagian yang
berkepentingan, tentang kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, dll.
7.
Perbandingan
/ Analitis : melakukan
perbandingan terhadap perkiraan tahun ini dengan tahun sebelumnya. Misalnya
: menghitung kerugian piutang tahun ini dan dibandingkan dengan piutang tahun
lalu.
8.
Bukti
dari Spesialis ; adalah
orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang selain bidang akuntansi dalam
pemeriksaan (berada di tangan akuntan bukan dari klien). Misalnya
; menilai sumber daya alam yang terkandung dalam tahan maka akuntan harus
berkonsultasi dengan ahli geologis
Keputusan yang harus diambil Akuntan berkaitan dengan Bukti
Pemeriksaan.
a.
Penentuan prosedur
pemeriksaan yang akan digunakan
b.
Penentuan besarnya
sampel untuk prosedur pemeriksaan tertentu
c.
Penentuan unsur
tertentu yang harus dipilih dari populasi
d.
Penentuan waktu yang
cocok untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan tersebut.
1 Apa
definisi dari pengendalian intern
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
a.
keandalan pelaporan
keuangan
b.
efektivitas dan
efisiensi operasi, dan
c.
Kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku.
2. Apa tujuan dari
pengendalian intern jelaskan masing2nya ( 3 tujuan)
a. Tujuan Pelaporan Keuangan yaitu membuat
laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Tujuan Operasi yaitu berkaitan dengan data
yang dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit. Contoh : Data
non-keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik, seperti
statistik, atau yang berkaitan dengan pendeteksian ketidakpatuhan dengan hukum
dan peraturan yang kemungkinan mempunyai dampak material terhadap laporan
keuangan., seperti pengendalian atas kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan perpajakan yang digunakan untuk menentukan utang pajak penghasilan
c.
Tujuan Kepatuhan yaitu
pengendalian yang berkaitan dengan berkaitan dengan kepatuhan terhadap
peraturan kesehatan dan keselamatan atau yang berkaitan dengan efektivitas dan
efisiensi proses pengambilan keputusan manajemen tertentu (seperti penentuan
harga yang semestinya dibebankan untuk produk atau apakah perusahaan melakukan
pengeluaran untuk riser dan pengemban tertentu atau aktivitas advertensi).
3. Apa saja komponen komponen dari
pengendalian intern ( 5 komponen) dan jelaskan secara singkat dari masing-asing
komponen.
1.
Lingkungan
pengendalian, menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya. Misalnya sbb :
a.
Integritas dan nilai
etika.
b.
Komitmen terhadap
kompetensi
c.
Partisipasi dewan
komisaris atau komite audit
d.
Filosofi dan gaya
operasi manajemen.
e.
Struktur organisasi
f.
Pemberian wewenang dan
tanggung jawab.
g.
Kebijakan dan praktik
sumber daya manusia.
2.
Penaksiran resiko,
identifikasi analisis manajemen terhadap risiko dalam penyusunan laporan
keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat
terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat,
mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Misalnya sbb:
a.
Perubahan dalam
lingkungan operasi.
b.
Personel baru.
c.
Sistem informasi yang
baru atau yang diperbaiki.
d.
Teknologi baru.
e.
Lini produk, produk,
atau aktivitas baru
f.
Restrukturisasi
korporasi.
g.
Operasi luar negeri.
h.
Standar akuntansi
baru.
3.
Aktivitas pengendalian, kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan
entitas. Biasanya berkaitan dengan hal sbb :
a.
Review terhadap kinerja.
b.
Pengolahan informasi.
c.
Pengendalian fisik.
d.
Pemisahan tugas
4.
Informasi dan
komunikasi, Sistem informasi yang terdiri dari metode dan catatan yang dibangun
untuk mencatat, mengolahan meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik
peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva,
utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Diantaranya memahami hal sbb :
a.
Golongan transaksi
dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b.
Bagaimana transaksi
tersebut dimulai.
c.
Catatan akuntansi,
informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan ke yang tercakup dalam
pengolahan dan pelaporan transaksi.
d.
Pengolahan akuntansi
yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam
laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan electronic
data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara,
dan mengakses informasi.
5.
Pemantauan, untuk
membangun dan memelihara pengendalian intern. Manajemen memantau pengendalian
untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang
diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya
jika perubahan kondisi menghendakinya.
Apa kaitan antara Asersi Management dengan
Tujuan Audit.
Asersi
Management digunakan untuk merumuskan tujuan Audit dan dalam
merancang pengujian substantif. Untuk memperoleh bukti audit yang
mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan
audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut (mempertimbangkan kondisi
khusus entitas, termasuk sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang
khas dalam industrinya, risiko salah saji material dalam laporan keuangan,
termasuk tingkat risiko pengendalian taksiran, serta efisiensi dan efektivitas
pengujian yang diharapkan dari pengujian tersebut).
Sebutkan jenis-jenis Bukti Audit.
a.
Bukti
audit informasi tertulis
Contoh: cek; catatan electronic fund transfers; faktur;
surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak
yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik.
b.
Bukti
Audit informasi elektronik
Contoh: Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman
akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work
sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya,
perhitungan, dan rekonsiliasi Dalam Program Akuntansi yang dipakai entitas.
Apa yang dimaksud
dengan Kompetensi Bukti dan Bukti Yang Cukup
a.
Kompetensi Bukti adalah Keabsahan dan sifat relevansi dari bukti yang ada,
sehingga bukti tersebut dapat dipercaya dan diyakini oleh auditor sebagai dasar
dari penarikan kesimpulan secara umum yang akan diambil, sehingga dapat
diandalkan.
b.
Bukti yang Cukup adalah Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor
untuk mendukung pendapatnya setelah mempelajari dengan meneliti keadaan dalam
suatu entitas yang sedang diperiksanya. Sehingga Auditor dapat bekerja dalam
batas-batas pertimbangan ekonomi; bermanfaat, dan dapat merumuskan dalam jangka
waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal.
ETIKA PROFESIONAL
Etika secara umum
didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Daftar
prinsip-prinsip berikut ini berhubungan dengan karakteristik dan nilai-nilai
yang sebagian besar dihubungkan dengan prilaku etis.
- Kejujuran
- Integritas
- Mematuhi Janji
- Loyalitas
- Keadilan
- Kepedulian kepada Orang Lain
- Menghargai Orang Lain
- Menjadi Warga Yang
Bertanggungjawab
- Mencapai Yang Terbaik
- Ketanggunggutan
Kebutuhan akan Etika
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga
banyak diantara nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sejumlah
besar nilai etika dalam masyarakat tidak dapat dimasukkan dalam undang-undang
karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan.
Mengapa Orang Bertindak Tidak Beretika
Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika
;
- Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum
- Seseorang memilih bertindak semaunya
Etika Dalam Bisnis
Ada beberapa akibat potensial dari kasus-kasus
dan terdapat banyak kritik terhadap bisnis yang ditampilkan filem, televisi,
surat kabar dan media lainnya. Contoh kasus pertama tadi menunjukkan upaya
untuk membuat perilaku bisnis yang tidak beretika seolah-olah normal saja.
Kasus kedua menyimpulkan bahwa perilaku manajemen tersebut tidak beretika dan
bisnisnya tetap sukses. Akhirnya, dan barangkali merupakan yang terpenting,
adalah menyimpulkan bawa suatu tindakan haruslah benar-benar ekstrim untuk
dinyatakan sebagai tidak beretika. Sebagai contoh, merupakan tanggungjawab
social untuk memperlakukan pegawai, pelanggan dan pemasok secara jujur dan
adil, tetapi dalam jangka panjang banyak kemungkinan tindakan yang akan diambil
untuk keberhasilan bisnis.
Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi
seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Contoh
sederhana dari dilema etika adalah pada saat kita menemukan cicin berlianyang
memaksa kita untuk memutuskan mengembalikan pada pemiliknya atau untuk kita
saja. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilema
etika dalam karier bisnis mereka.
Memecahkan Dilema Etika
Ada beberapa alternative pemecahan dilemma
etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghidari cara yang merupakan
rasionalisasi perilakutidak beretika. Berikut ini adalah metode rasionalisasi
yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika;
a.
Semua orang
melakukannya
b.
Jika itu legal, maka
itu beretika
c.
Kemungkinan ketahuan
dan konsekuensinya
d.
Fakta Relevan
e.
Masalah etika
f.
Konsekuensi dari
setiap alternative
Kebutuhan Khusus Berperilaku Beretika Dalam Profesi
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku
professional yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuan akan kepercayaan
public terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari
yang dilakukan secara peorangan. Bagi akuntan public, penting untuk meyakinkan
klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya. Jika
pmakai jasa tidak mempunyai keyakinan pada ali medis, hakim atau akuntan
public, kemampuan professional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan
asyarakat secara efekti berkurang.
Prinsip Prilaku Profesional
Prinsip-prinsip Etika:
1.
Tanggungjawab
2.
Kepentingan masyarakat
3.
Integritas
4.
Objektivitas dan
Independen
5.
Keseksamaan
6.
Lingkup dan Sifat Jasa
Independensi
Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak
memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,
dan penyusunan laporan audit. Apabila auditor adalah seorang penasehat klien, seorang
banker atau yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan independen.
Hubungan Keuangan Dengan Klien
Di Amerika Serikat, tedapat aturan yang lebih rinci mengenai
peilikan saham tersebut. Ada tiga perbedaan dalamperaturan 101 da Amerika
Serikat sehubungan dengan independensi dan kepemilikan saham;
a.
Partner atau pemegang
saham kontra non-partner atau non-pemegang saham
b.
Kepentingan keuangan
langsung dan tidak langsung
c.
Material dan tidak
material
d.
Mantan praktisi
e.
Prsedur peminjaman
yang normal
f.
Kepentingan keuangan
pada hubungan keluarga
g.
Hubungan investor atau
investee bersama dengan klien
h.
Komisaris, direksi, manajemen
atau pegawai perusahaan
Upaya Memelihara Independensi
Banyak elemen-elemen dan persyaratan atau
dorongan lain bagi akuntan untuk mempertahankan independensi dalam kenyataan
dalam penampilan. Hal-hal itu yang yang terutama berlaku di Amerika Serikat,
akan diikhtisarkan secara ringkas sebagai berikut.
a.
Kewajiban Hukum
b.
Peraturan 101,
interperestasi dan ketentuannya
c.
Standar auditing yang
berlaku umum
d.
Standar pengendalian
mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat)
e.
Pendivisian
Perusahaaan
f.
Komite Audit
g.
Kominikasi denagn
auditor pendahuluan
h.
Menjajangi pendapat
mengenai penerapan prinsip akuntansi
i.
Pengesahan auditor
oleh pemegang saham
Standar-Standar Teknis
Di Amerika Serikat
terdapat aturan-atuaran perilaku bagi anggota AICPA yang berkaitan dengan
standar teknis.
Peraturan 201- Standar Umum
Peraturan 202- Ketaatan pada standar
Peraturan 203- Prinsip akuntansi
Peraturan 301- Informasi Rahasia Klien
Tindakan Yang Mendatangkan AIB
Tindakan yang mendatangkan AIB kurang jelas
didefinisikan dalam aturan dan interprestasi. Ada tiga interprestasi, tetapi
kecuali untuk yang pertama, semuanya masih tersamar. Ketiga interprestasi itu
diikhtisarkan berikut ini ;
a. Merupakan tindakan tercela bila menahan
catatan klien setelah mereka meminta.
b. Kantor akuntan public tidak boleh melakukan
diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agam, jenis kelamin, umur maupun
asal kebangsaan.
Audit Objecktive
Auditing adalah proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Audit Evidence ( Bukti Audit )
Bukti audit adalah segala informasi yang
mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya.
Working Paper
Kertas kerja adalah catatan yang
diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian
yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang
menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh
auditor.
Kertas kerja biasanya
harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a.
telah dilaksanakannya
standar pekerjaan lapangan pertama,
b.
telah dilaksanakannya
standar pekerjaan lapangan kedua,
c.
telah dilaksanakannya
standar pekerjaan lapangan ketiga,
Empat tujuan
terpenting pembuatan kertas kerja adalah untuk :
a.
mendukung pendapat
auditor atas laporan keuangan auditan,
b.
menguatkan
simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya,
c.
mengkoordinasi dan
mengorganisasi semua tahap audit, dan
d.
memberikan pedoman
dalam audit tahun berikutnya.
Faktor yg harus
diperhatikan dlm pembuatan kertas kerja:
a. Lengkap
b. Teliti
c. Ringkas
d. Jelas
e. Rapi
TIPE KERTAS KERJA:
a.
Program Audit (Audit
Program)
b.
Working Trial Balance
c.
Ringkasan Jurnal
adjustment
d.
Skedul Utama (lead
schedule atau top schedule)
e.
Skedul Pendukung
(Supporting Schedule)
Susunan Kertas Kerja :
a.
Draft Laporan Audit
(Audit Report)
b.
Laporan Keuangan
Auditan
c.
Ringkasan Informasi
bagi reviewer
d.
Program Audit
e.
Laporan Keuangan /
Lembar Kerja yg dibuat klien
f.
Ringkasan Jurnal Adjustment
g.
Working Trial Balance
h.
Skedul Utama
i.
Skedul Pendukung
Jenis Pengarsipan
Kertas Kerja:
a.
Arsip Kini (Current
File)
b.
Arsip Permanen
(Permanent File
STANDAR AUDIT
A. Pengertian Standar Audit
Standar audit adalah ukuran pelaksanaan
tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit.
B. Pembagian Standar Audit
Standar audit terdiri dari sepuluh standar
yang dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu :
a.
Standar umum
b.
Standar Pekerjaan
Lapangan
c.
Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari:
LAPORAN AUDIT
A. Laporan Audit Standar Dengan
Pendapat Wajar tanpa Pengeculian
Bentuk laporan audit yang paling umum adalah
laporan audit standar dengan pendapatan wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90
persen laporan audit menggunakan bentuk ini. Laporan audit standar wajar tanpa
pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi.
Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian :
a.
Semua Laporan keuangan
– neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan laporan arus kas – sudah tercakup
didalam laporan keuangan.
b.
Ketiga strandar umum
telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
c.
Bahan bukti yang cukup
telah dikumpulkan dan auditor tesebut telah melaksanakan penugasan dengan cara
yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan
lapangn telah dipenuhi.
d.
Laporan keuangan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum ini berarti bahwa
pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki dan bagian-bagian
lain laporan keuangan.
Tidak terdapat situasi yang memerlukan
penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.
B. Bagian-Bagian Dari Laporan
Audit Bentuk Baku
Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian
laporan audit berikut ini akan tetap sama.
a.
Judul laporan
b.
Alamat yang dituju laporan audit
c.
Pragraf pendahuluan
d.
Pragraf lingkup audit
e.
Pragraf pendapat
f.
Tanda tangan dan nama akuntan publik
g.
Tanggal laporan audit
C. Keadaan Yang Menyebabkan Panyimpangan Pendapat Dari
Wajar Tanpa Pengecualian
Dalam membahas laporan audit yang menyimpang
dari laporan audit standar ada tiga topik yang berhubungan, yaitu: yang
menyebabkan penyimpangn dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat
selain dari pendapat wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit.
Kondisi 2. Laporan keungan tidak disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum sebagai
Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian
Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut
penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan
dampaknya material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa
pengecualian dalam laporannya. Pendapat tidak wajar (adverse opinion),
pernyataan tidak memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat
wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
a.
Pendapat Tidak Wajar
b.
Pernyataan Tudak
Memberikan Pendapat
c.
Pendapat Wajar Dengan
Pengecualian
MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utana
dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. FASB
mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya dapt mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut,
karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Oleh karena auditor bertanggung jawab
menentukan apakah terdapat salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien
menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan
opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa
signifikan salah saji tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat
bergantung pada pengetahuan yang mendalam atas penerapan materialitas.
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MATERIALITAS
Langkah 1
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk
memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan yang akan mereka anggap
material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan
strategi audit secara keseluruhan. Dinamakanpertimbangan materialitas awal,
karena meskipun merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat berubah
selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip
audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan
jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan
namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional.
(secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada materialitas
yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal tersebut
sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang
paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman
dan pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan
materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit
yang tepat. Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan
awal yang diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PENILAIAN
Beberapa factor yang memengaruhi auditor dalam
melakukan pertimbangan materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang
snagat penting untuk diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai
berikut :
1.
Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan
Absolute
Sebuah salah saji
dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil ,
sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan
yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan nilai nominal untuk
pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
2.
Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi
Materialitas
Karena materialitas
adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk memiliki dasar dalam
menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.laba bersih sebelum
pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi
perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat
penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang
berbeda, karena laba bersih sering kali naik turun secara signifikan dari tahun
ketahun, sehingga tidak dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika
entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang
digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau asset
bersih. Setelah menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah
salah saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar
lainnyaseperti asset lancar, total asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik.
PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang
digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal kedalam prinsip audit.
1.
Factor-Faktor
Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas.
Langkah 2
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KESETIAP BAGIAN
(SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal
kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor
mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada
saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud
dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima.
Langkah 3
MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN PENILAIAN AWAL
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk
satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang
mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat
menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin
terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya
perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi
saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor
atas sampel yang diambil dari populasi.
Langkah 4
MENGERSTIMASIKAN SALAH SAJI GABUNGAN
Langkah 5
MEMBANDINGKAN ESTIMASI SALAH SAJI GABUNGAN DENGAN MATERIALITAS
DALAM PENILAIAN AWAL ATAU PENILAIAN YANG DIREVISI
RISIKO
Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa
terdapat beberapa tingkat ketidakpastian dalam menjalankan fungsi audit.
Model risiko audit dan perencanaan
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya
dengan menggunakan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor
untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan
auditor untuk setiap siklusnya.
JENIS-JENIS RISIKO
1.
Risiko Deteksi yang
Direncanakan (Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang
direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu
mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. Risiko ini
hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu risiko dalam model risiko
audit tersebut.
2. Risiko Bawaan (inherent risk)
Risiko bawaan mengukur
penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik
kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum
mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien.
3. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian
mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang
dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi
dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable
Audit Risk)
Risiko audit yang
dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan
adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan
dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Dalam sebuah pengauditan, auditor harus
memutuskan risiko audit yang dapat diterima, lebih utama dilakukan selama masa
perencanaan. Pertama, auditor menetapkan risiko kontrak kerja dan kemudian
menggunakan risiko kontrak kerja tersebut untuk memodifikasi risiko audit yang
dapat diterima.
DAMPAK RISIKO KONTRAK KERJA TERHADAP RISIKO AUDIT YANG DAPAT
DITERIMA
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah
risiko dimana auditor atau KAP akan mendapat masalah setelah audit
diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. Risiko kontrak kerja sangat
terkait erat dengan risiko bisnis klien. Sangat penting untuk dicatat bahwa
auditor tidak menyetujui mengenai apakah risiko kontrak kerja harus
dipertimbangkan dalam perencanaan audit.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI RISIKO AUDIT
1. Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal
Laporan Keuangan
Faktor-faktor yang
merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para
pengguna terhadap laporan keuangan :
a. Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas
penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total atau
pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat diterima.
b. Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan public umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup
lainnya. Untuk perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan lainnya adalah
SEC, analisis keuangan, dan masyarakat umum.
c. Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memiliki sejumlah besar
liabilitas,besar kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih luas oleh
para kreditor yang ada ataupun para calon kreditor dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki lebih sedikit liabilitas.
Kemungkinan
Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Diterbitkan. Sulit
bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi,
namun beberapa factor berikut dapat menjadi indicator yang baik atas
meningkatnya kemungkinan kegagalan keuangan tersebut.
a.
Posisi
likuiditas. Jika klien terus
menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah
dimasa mendatang dalam pembayaran utang-utangnya. Auditor harus menilai
kemungkinan dan seberapa besar penurunan posisi likuiditas yang terjadi
terus-menerus.
b.
Laba
(rugi) ditahun-tahun sebelumnya. Sangat penting untuk mempertimbangkan perubahan laba relative
terhadap saldo yang tersisa dalam saldo laba.
c.
Metode
pertumbuhan pembiayaan.
Auditor harus mengevaluasi apakah asset tetap klien dibiayai oleh pinjaman
jangka pendek atau jangka penjan, karena sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan
dalam waktu yang singkat akan memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan.
d.
Sifat
kegiatan operasi klien.
Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih berisiko dibandingkan dengan bisnis
lainnya.
e.
Kompetensi
manajemen. Manajemen yang
kompeten secara terus menerus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan
dan memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh
dari masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai
bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
2.
Evaluasi Auditor
Terhadap Integritas Manajemen
Perusahan-perusahaan
dengan integritas rendah sering kali menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan
cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan para pemegang sahamnya,
pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya, konflik-konflik tersebut sering
kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat
mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidaksetujuan lainnya.
3.
Membuat Keputusan
Risiko Audit yang Dapat Diterima
Evaluasi yang biasanya
dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang atau
rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang
“berisiko” harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan staf audit yang
lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag lebih mendalam atas dokumentasi
audit. Sejalan dengan perkembangan kemajuan kontrak kerja, auditor mendapatkan
informasi tambahan mengenai klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima
dapat dimodifikasi.
MENILAI RISIKO BAWAAN
Masuknya risiko bawaan dalam model risiko
audit merupakan slah satu konsep penting dalam pengauditan. Hal ini
mengimplikasikan bahwa auditor harus mencoba untuk memprediksi bagian mana
kemungkinan terdapat salah saji dalam laporan keuangan. Informasi ini
memengaruhi jumlah bukti yang akan dikumpulkan auditor, penugasan staf dan
penelaahan dokumentsi audit.
Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Risiko Bawaan
Auditor harus menilai factor-faktor yang
menyusun risiko dan memodifikasi bukti audit yang akan dijadikan bahan
pertimbangan. Auditor harus mempertimbangkan beberapa factor utama berikut
ketika menilai risiko pengendalian.
a.
Sifat bisnis klien
b.
Hasil pengauditan
sebelumnya
c.
Kontrak kerja yang
pertama atau kontrak kerja yang berulang
d.
Pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa
e.
Transaksi-transaksi
yang tidak rutin
f.
Penilaian yang
diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi dengan benar
g.
Membuat populasi
h.
Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan
dalam laporan keuangan
Faktor-faktor
yang terkait dengan penyalahgunaan asset
Membuat Keputusan Risiko Bawaan
Auditor harus mengevaluasi informasi yang
dapat memengaruhi risiko bawaan dan memutuskan factor risiko bawaan yang tepat
untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan audit. Beberapa factor
seperti kontrak kerja pertama atau kontrak kerja yang berulang, hanya akan
memengaruhi akun-akun atau tujuan audit tertentu saja.
Mendapatkan Informasi Untuk Menilai Risiko
Bawaan
Auditor mulai melakukan penilaian atas risiko
bawaan selama fase perencanaan dan memperbarui penilaian tersebut disepanjang pengauditan.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan risiko dalam audit
sangat berkaitan erta dan tidak dapat dipisahkan. Risiko merupakan ukuran atas
ketidakpastian, sedangkan materialitas merupakan ukuran besaran atau tinggi
rendanhnya. Bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian dalam suatu
besaran tertentu.
MERIVISI RISIKO DAN BUKTI
Dalam merivisi risiko dan bukti audit, auditor
sebaiknya mengikuti pendektan dua langkah berikut ini:
- Auditor harus merivisi
penilaian awal dari risiko yang wajar. Adalah pelanggaran jika membiarkan
penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wahar
- Auditor harus mempertimbangkan dampak dari rivisi
terhadap bukti yang diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit.
Penelitian dalam bidang audit telah menunjukkan, jika risiko yang dirivisi
digunakan dalam model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi yang
direncanakan yang juga telah direvisi, ada bahaya dari tidak
meningkatkannya bukti secara memadai. Sebagai gantinya, auditor harus
berhati-hati mengevaluasi implikasi dari revisi risiko dan memodifikasi
dengan tepat, diluar dari model risiko audit.