Minggu, 30 Agustus 2020

Soal Pemeriksaan Akuntansi

 Soal

 

1.          Pengertian Audit !

2.         Sebutkan Tahapan Audit yang dilakukan oleh pihak Auditor !

3.         Sebutkan Jenis-jenis Pendapat Auditor !

4.         Sebutkan Tujuan Umum Audit atas komponen-komponen laporan keuangan !

5.         Sebutkan Tujuan Spesifik atas komponen-komponen laporan keuangan !

6.         Sebutkan Tujuan akuntan melakukan Pengujian Terhadap Catatan Akuntansi Klien

7.         Sebutkan Jenis Bukti Pemeriksaan !

8.         Sebutkan Independensi dalam Audit !

9.         Jelaskan pengertian Audit Internal !

10.     Sebutkan jenis jenis Resiko Audit!

 

Soal AKM II

  

1.                           Soal

 

1.        Apakah yang dimaksud dengan istilah dibawah ini:

a.    Akuisisi dan Disposisi (Penilaian)

b.    Penyusutan dan Deplesi

 

2.       Apakah pengertian dari:

a.    Aktiva Tak Berwujud dan Berikan contohnya !

b.    Kewajiban Jangka Panjang dan Berikan Contohnya !

 

3.    Bank Mandiri meminjamkan uang sejumlah Rp 4.000.000,- kepada PT Sumber pada tanggal 1 Maret 2018, jika PT Sumber menandatangani wesel 4 bulan senilai Rp 4.000.000,- dengan Bunga pinjaman 12%. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat penerimaan kas oleh PT Sumber:

a.    Pada tanggal 1 Maret 2018

b.    Pada tanggal jatuh tempo 1 Juli 2018

 

4.       Sebutkan Keuntungan Kontinjensi !


5.       Bagaimanakah cara menilai aktiva ?

Soal AKM I

 

Soal


1.      Jelaskan:

a.    Tujuan Laporan Keuangan !

b.    Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan !

2.    Jelaskan:

a.    Kegunaan Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position)

b.    Kegunaan Laporan Arus Kas (Statement Of Cash Flows)

3.    Jelaskan tahapan Siklus Akuntansi !

4.    Jelaskan dampak dan kendala Pelaporan Informasi Akuntansi !

5.    Jelaskan pengertian dari: Assets, Expense, Equity, Revenue, Liabilities dan Prive !

6. Transaksi selama bulan November 2018 pada perusahaan “Bahagia” adalah sebagai berikut:

a.    01 November 2018 diinvestasikan uang pendirian perusahaan sebesar Rp 20.000.000,-

b.    05 November 2018 dibeli gedung seharga Rp 4.000.000,- secara tunai.

c.   10 November 2018 diperoleh pendapatan sebesar Rp 30.000.000,- Baru diperoleh Rp 20.000.000,- sisanya bulan depan.

d.    15 November 2018 dibayar beban iklan sebesar Rp 400.000,-

e.    17 November 2018 dibayar beban gaji sebesar Rp 1.000.000,-

f.      20 November 2018 diambil untuk kepentingan pribadi sebesar Rp 2.000.000,-

g.    30 November 2018 diperoleh pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-

Dari transaksi diatas buatlah jurnal yang dibutuhkan !

 

Soal Bank Dan Lembaga Keuangan

 

Soal

1.      Jelaskan pengertian bank dan sejarah bank di Indonesia !

2.    Berasal dari manakah sumber-sumber dana bank?

3.    Jelaskan aspek penilaian kredit !

4.    Apakah manfaat menggunakan kartu plastik bagi nasabah ?

 

Studi Kasus:

 

5.    Bagaimanakah teknik bank dalam menyelesaikan kredit macet ?

6.    Jelaskan perbedaan antara Bank Umum dengan Bank Perkreditan Rakyat !

7.     Jika ada bank yang kolaps, mengapa pemerintah berusaha untuk menyelamatkan ?

8.     Mengapa bank menentukan jaminan pada setiap kredit yang diberikan ?

Kamis, 27 Agustus 2020

Pemeriksaan Akuntansi

 TUJUAN UMUM AUDIT ATAS KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Asersi Manajemen

Tujuan Umum Audit

a. Keberadaan

Aktiva dan Kewajiban entitas ada pada tgl tertentu dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi dalam periode tertentu.

b. Kelengkapan

Semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan

c. Hak dan Kewajiban

Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu.

d. Penilaian atau alokasi

Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan , dan biaya telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

e. Penyajian dan pengungkapan

Komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, digambarkan , dan diungkapkan secara semestinya.

 

Bagaimana Tujuan Audit dapat Dicapai ?

a.    Pada saat auditor memutuskan tujuan spesifik audit untuk setiap komponen laporan keuangan, proses pengumpulan bahan bukti dapat dimulai.

b.    Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit :

 

TUJUAN SPESIFIK ATAS KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (Contoh : Persediaan Barang & dihubungkan dengan asersi manajemen)

Asersi manajemen

Tujuan umum audit

Tujuan spesifik audit yang diterapkan pada

Persediaan barang

Ø  Keberadaan/ eksistensi

Ø  Kelengkapan

Ø  Hak dan kewajiban

Ø  Penilaian atau alokasi

Ø  Penyajian dan pengungkapan

Keabsahan

Kelengkapan

Kepemilikan

Penilaian

Alokasi

Pisah batas

Akurasi mekanis

Penyajian dan Pengungkapan

Semua persediaan yang dicatat memang terdapat pada tanggal neraca.

Semua persediaan yang ada telah dihitung dan dicantumkan dalam ikhtisar persedian.

Perusahaan berhak atas semua persediaan yang tercantum.

Persediaan berhak digunakan sebagai jaminan

Jumlah persediaan sesuai dengan setiap rincian barang-barang yang secara fisik ada di tangan.

Harga yang digunakan untuk menilai persediaan sudah wajar.

Perhitungan harga dikalikan jumlah sudah benar dan rincian ditambahkan secara benar.

Persediaan telah diturunkan nilainya di mana ada pengurangan nilai bersih yang direalisasikan.

Pos-pos persediaan telah diklasifikasikan dengan pantas menurut bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

Pisah batas pembelian pada akhir tahun memang tepat.

Pisah batas penjualan pada akhir tahun adalah tepat.

Total persediaan sesuai dengan buku besar.

Katagori utama persediaan dan basis penilaian telah diungkapkan.

Persediaan yang digadaikan atau diserahkan telah diungkapkan.

Persediaan telah digolongkan dengan benar.

 

BUKTI PEMERIKSAAN

a.    Bukti Pemeriksaan : digunakan sebagai dasar dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya.

b.    “Bukti pemeriksaan harus dikumpulkan untuk menilai penyajian laporan keuangan” sebagaimana dijelaskan dalam :

c.    Standar Auditing

Laporan Audit ( Paragraf Ruang Lingkup )

 

Pengumpulan bukti dilakukan dengan :

a.    Pengujian terhadap catatan akuntansi kliennya.

b.    Melakukan prosedur pemeriksaan.

 

Tujuan Akuntan melakukan pengujian terhadap catatan akuntansi kliennya adalah untuk mengumpulkan :

a.    Bukti bahwa transaksi telah dianalisis dan dicatat.

b.    Bukti mengenai ketelitian perhitungan dalam catatan

c.    Bukti bahwa pekerjaan peringkasan rekening-rekening dan pembuatan laporan telah dilakukan dengan teliti sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK).

d.   Tujuan akuntan melakukan prosedur pemeriksaan adalah untuk mengumpulkan :

e.    Bukti dengan pengamatan fisik guna membuktikan apakah aktiva benar-benar ada.

f.     Bukti bahwa semua utang yang menjadi kewajiban klien telah dicantumkan dalam laporan keuangan.

g.    Bukti dari Bank, pelanggan, dan sumber lain di luar perusahaan, yang menguatkan bukti yang dikumpulkan dari catatan akuntansi klien.

 

Faktor yang mempengaruhi dapat dipercayainya bahan bukti adalah :

a.    Sumber Bahan Bukti : Bukti yang tingkat kompetensinya tinggi adalah bukti yang berasal dari luar klien. Contoh : Konfirmasi Bank, Debitur, Kreditur dll.

b.    Struktur Pengendalian Intern. : Pengendalian Intern yang Kuat / baik menyebabkan dapat dipercayanya catatan akuntansi dan bukti lain dalam organisasi klien.

c.    Cara Untuk memperoleh Bahan Bukti  ; Bukti yang diperoleh dengan cara pemeriksaan tangan pertama adalah relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan pemeriksaan tangan ke dua.

d.   Kualifikasi orang yang memberikan informasi terhadap Bukti :  Bukti yang diperoleh dari pihak spesialis ( Ahli Geologi, Ahli Elektro, Pengacara, dll). Misalnya apabila kliennya adalah perusahaan Pengolahan Minyak maka dalam penilaian persediaan lebih baik diperoleh dari Ahli Geologi.

 

Tipe / Jenis Bukti Pemeriksaan

1.    Struktur Pengawasan Intern/Pengendalian Intern (SPI);  SPI yang baik merupakan bukti yang kuat mengenai dapat dipercayainya informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan SPI yang buruk/lemah menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan sebagai sumber bukti.

2.    Bukti Fisik ; bukti yang dapat diperoleh dengan melakukan inspeksi/perhtungan Aktiva berwujud. Misalnya : Stok opname persediaan , kas opname, stok opname surat berharga.

3.    Bukti Dokumenter ; terbuat dari kertas dengan informasi huruf, angka atau simbol lain.

                

Bukti Dokumen terdiri dari 3 golongan :

1.      Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar perusahaan dan  dikirim langsung kepada    kantor Akuntan. Misalnya : surat konfirmasi

2.      Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien. Misalnya: Rekening koran Bank,   Faktur dari penjual (transaksi pembelian), sertifikat saham, obligasi, sertifikat wesel tagih.

3.      Bukti Dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien. Misalnya ; faktur penjualan, surat order pembelian, bukti pengiriman barang , surat representasi.

4.      Catatan Akuntansi sebagai bukti . Misalnya ; Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu.

5.      Perhitungan sebagai bukti (bersifat kuantitatif)

6.      Bukti Lisan : dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada para manajer, atau bagian yang berkepentingan, tentang kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, dll.

7.      Perbandingan / Analitis : melakukan perbandingan terhadap perkiraan tahun ini dengan tahun sebelumnya. Misalnya : menghitung kerugian piutang tahun ini dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu.

8.      Bukti dari Spesialis ; adalah orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang selain bidang akuntansi dalam pemeriksaan  (berada di tangan akuntan bukan dari klien). Misalnya ; menilai sumber daya alam yang terkandung dalam tahan maka akuntan harus berkonsultasi dengan ahli geologis

 

 

Keputusan yang harus diambil Akuntan berkaitan dengan Bukti Pemeriksaan.

a.    Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan

b.    Penentuan besarnya sampel untuk prosedur pemeriksaan tertentu

c.    Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi

d.   Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan tersebut.

 

1   Apa definisi dari pengendalian intern
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan

a.       keandalan pelaporan keuangan

b.      efektivitas dan efisiensi operasi, dan

c.       Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

 

2. Apa tujuan dari pengendalian intern jelaskan masing2nya ( 3 tujuan)

a.       Tujuan Pelaporan Keuangan yaitu membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b.      Tujuan Operasi yaitu berkaitan dengan data yang dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit. Contoh : Data non-keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik, seperti statistik, atau yang berkaitan dengan pendeteksian ketidakpatuhan dengan hukum dan peraturan yang kemungkinan mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan., seperti pengendalian atas kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan yang digunakan untuk menentukan utang pajak penghasilan

c.    Tujuan Kepatuhan yaitu pengendalian yang berkaitan dengan berkaitan dengan kepatuhan terhadap peraturan kesehatan dan keselamatan atau yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi proses pengambilan keputusan manajemen tertentu (seperti penentuan harga yang semestinya dibebankan untuk produk atau apakah perusahaan melakukan pengeluaran untuk riser dan pengemban tertentu atau aktivitas advertensi).

 

3. Apa saja komponen komponen dari pengendalian intern ( 5 komponen) dan jelaskan secara singkat dari masing-asing komponen.

1.    Lingkungan pengendalian, menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Misalnya sbb :

a.    Integritas dan nilai etika.

b.    Komitmen terhadap kompetensi

c.    Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d.   Filosofi dan gaya operasi manajemen.

e.    Struktur organisasi

f.     Pemberian wewenang dan tanggung jawab.

g.    Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

 

2.    Penaksiran resiko, identifikasi analisis manajemen terhadap risiko dalam penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Misalnya sbb:

a.    Perubahan dalam lingkungan operasi.

b.    Personel baru.

c.    Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.

d.   Teknologi baru.

e.    Lini produk, produk, atau aktivitas baru

f.     Restrukturisasi korporasi.

g.    Operasi luar negeri.

h.    Standar akuntansi baru.

 

3. Aktivitas pengendalian, kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Biasanya berkaitan dengan hal sbb :

a.    Review terhadap kinerja.

b.    Pengolahan informasi.

c.    Pengendalian fisik.

d.   Pemisahan tugas

 

4.    Informasi dan komunikasi, Sistem informasi yang terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolahan meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Diantaranya memahami hal sbb :

a.    Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.

b.    Bagaimana transaksi tersebut dimulai.

c.    Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan ke yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.

d.   Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

 

5.      Pemantauan, untuk membangun dan memelihara pengendalian intern. Manajemen memantau pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya.

 

Apa kaitan antara Asersi Management dengan Tujuan Audit.

Asersi Management digunakan untuk merumuskan tujuan Audit dan dalam merancang pengujian substantif. Untuk memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut (mempertimbangkan kondisi khusus entitas, termasuk sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang khas dalam industrinya, risiko salah saji material dalam laporan keuangan, termasuk tingkat risiko pengendalian taksiran, serta efisiensi dan efektivitas pengujian yang diharapkan dari pengujian tersebut).

 

 

Sebutkan jenis-jenis Bukti Audit.

a.    Bukti audit informasi tertulis

Contoh: cek; catatan electronic fund transfers; faktur; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik.

b.    Bukti Audit informasi elektronik

Contoh: Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi Dalam Program Akuntansi yang dipakai entitas.

 

Apa yang dimaksud dengan Kompetensi Bukti dan Bukti Yang Cukup

a.    Kompetensi Bukti adalah Keabsahan dan sifat relevansi dari bukti yang ada, sehingga bukti tersebut dapat dipercaya dan diyakini oleh auditor sebagai dasar dari penarikan kesimpulan secara umum yang akan diambil, sehingga dapat diandalkan.

b.    Bukti yang Cukup adalah Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya setelah mempelajari dengan meneliti keadaan dalam suatu entitas yang sedang diperiksanya. Sehingga Auditor dapat bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; bermanfaat, dan dapat merumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal.

 

ETIKA PROFESIONAL

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Daftar prinsip-prinsip berikut ini berhubungan dengan karakteristik dan nilai-nilai yang sebagian besar dihubungkan dengan prilaku etis.

  1. Kejujuran
  2. Integritas
  3. Mematuhi Janji
  4. Loyalitas
  5. Keadilan
  6. Kepedulian kepada Orang Lain
  7. Menghargai Orang Lain
  8. Menjadi Warga Yang Bertanggungjawab
  9. Mencapai Yang Terbaik
  10. Ketanggunggutan

 

Kebutuhan akan Etika

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sejumlah besar nilai etika dalam masyarakat tidak dapat dimasukkan dalam undang-undang karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan.

 

Mengapa Orang Bertindak Tidak Beretika

Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika ;

  1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum
  2. Seseorang memilih bertindak semaunya

 

Etika Dalam Bisnis

Ada beberapa akibat potensial dari kasus-kasus dan terdapat banyak kritik terhadap bisnis yang ditampilkan filem, televisi, surat kabar dan media lainnya. Contoh kasus pertama tadi menunjukkan upaya untuk membuat perilaku bisnis yang tidak beretika seolah-olah normal saja. Kasus kedua menyimpulkan bahwa perilaku manajemen tersebut tidak beretika dan bisnisnya tetap sukses. Akhirnya, dan barangkali merupakan yang terpenting, adalah menyimpulkan bawa suatu tindakan haruslah benar-benar ekstrim untuk dinyatakan sebagai tidak beretika. Sebagai contoh, merupakan tanggungjawab social untuk memperlakukan pegawai, pelanggan dan pemasok secara jujur dan adil, tetapi dalam jangka panjang banyak kemungkinan tindakan yang akan diambil untuk keberhasilan bisnis.

 

Dilema Etika

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Contoh sederhana dari dilema etika adalah pada saat kita menemukan cicin berlianyang memaksa kita untuk memutuskan mengembalikan pada pemiliknya atau untuk kita saja. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka.

 

Memecahkan Dilema Etika

Ada beberapa alternative pemecahan dilemma etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghidari cara yang merupakan rasionalisasi perilakutidak beretika. Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika;

a.    Semua orang melakukannya

b.    Jika itu legal, maka itu beretika

c.    Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya

d.   Fakta Relevan

e.    Masalah etika

f.     Konsekuensi dari setiap alternative

 

Kebutuhan Khusus Berperilaku Beretika Dalam Profesi

Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuan akan kepercayaan public terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara peorangan. Bagi akuntan public, penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya. Jika pmakai jasa tidak mempunyai keyakinan pada ali medis, hakim atau akuntan public, kemampuan professional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan asyarakat secara efekti berkurang.

 

Prinsip Prilaku Profesional

Prinsip-prinsip Etika:

1.         Tanggungjawab

2.         Kepentingan masyarakat

3.         Integritas

4.         Objektivitas dan Independen

5.         Keseksamaan

6.         Lingkup dan Sifat Jasa

 

Independensi

Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Apabila auditor adalah seorang penasehat klien, seorang banker atau yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan independen.

 

Hubungan Keuangan Dengan Klien

Di Amerika Serikat, tedapat aturan yang lebih rinci mengenai peilikan saham tersebut. Ada tiga perbedaan dalamperaturan 101 da Amerika Serikat sehubungan dengan independensi dan kepemilikan saham;

a.         Partner atau pemegang saham kontra non-partner atau non-pemegang saham

b.        Kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung

c.         Material dan tidak material

d.        Mantan praktisi

e.         Prsedur peminjaman yang normal

f.         Kepentingan keuangan pada hubungan keluarga

g.        Hubungan investor atau investee bersama dengan klien

h.        Komisaris, direksi, manajemen atau pegawai perusahaan

 

Upaya Memelihara Independensi

Banyak elemen-elemen dan persyaratan atau dorongan lain bagi akuntan untuk mempertahankan independensi dalam kenyataan dalam penampilan. Hal-hal itu yang yang terutama berlaku di Amerika Serikat, akan diikhtisarkan secara ringkas sebagai berikut.

a.         Kewajiban Hukum

b.        Peraturan 101, interperestasi dan ketentuannya

c.         Standar auditing yang berlaku umum

d.        Standar pengendalian mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat)

e.         Pendivisian Perusahaaan

f.         Komite Audit

g.        Kominikasi denagn auditor pendahuluan

h.        Menjajangi pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi

i.          Pengesahan auditor oleh pemegang saham

 

Standar-Standar Teknis

Di Amerika Serikat terdapat aturan-atuaran perilaku bagi anggota AICPA yang berkaitan dengan standar teknis.

Peraturan 201- Standar Umum

Peraturan 202- Ketaatan pada standar

Peraturan 203- Prinsip akuntansi

Peraturan 301- Informasi Rahasia Klien

 

 

 

 

Tindakan Yang Mendatangkan AIB

Tindakan yang mendatangkan AIB kurang jelas didefinisikan dalam aturan dan interprestasi. Ada tiga interprestasi, tetapi kecuali untuk yang pertama, semuanya masih tersamar. Ketiga interprestasi itu diikhtisarkan berikut ini ;

a.    Merupakan tindakan tercela bila menahan catatan klien setelah mereka meminta.

b.    Kantor akuntan public tidak boleh melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agam, jenis kelamin, umur maupun asal kebangsaan.

 

Audit Objecktive

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

 

Audit Evidence ( Bukti Audit )

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya.

 

Working Paper

Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh auditor.

Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:

a.         telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama,

b.        telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua,

c.         telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga,

 

Empat tujuan terpenting pembuatan kertas kerja adalah untuk :

a.         mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan,

b.         menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya,

c.         mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit, dan

d.        memberikan pedoman dalam audit tahun berikutnya.

 

Faktor yg harus diperhatikan dlm pembuatan kertas kerja:

a.       Lengkap

b.      Teliti

c.       Ringkas

d.      Jelas

e.       Rapi

 

TIPE KERTAS KERJA:

a.         Program Audit (Audit Program)

b.        Working Trial Balance

c.         Ringkasan Jurnal adjustment

d.        Skedul Utama (lead schedule atau top schedule)

e.         Skedul Pendukung (Supporting Schedule)

 

Susunan Kertas Kerja :

a.         Draft Laporan Audit (Audit Report)

b.         Laporan Keuangan Auditan

c.         Ringkasan Informasi bagi reviewer

d.        Program Audit

e.         Laporan Keuangan / Lembar Kerja yg dibuat klien

f.          Ringkasan Jurnal Adjustment

g.         Working Trial Balance

h.         Skedul Utama

i.           Skedul Pendukung

 

Jenis Pengarsipan Kertas Kerja:

a.         Arsip Kini (Current File)

b.        Arsip Permanen (Permanent File

 

STANDAR AUDIT

A.    Pengertian Standar Audit

Standar audit adalah ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit.

 

B.     Pembagian Standar Audit

Standar audit terdiri dari sepuluh standar yang dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu :

a.         Standar umum

b.         Standar Pekerjaan Lapangan

c.         Standar Pelaporan

 

Standar pelaporan terdiri dari:

LAPORAN AUDIT

A.      Laporan Audit Standar Dengan Pendapat Wajar tanpa Pengeculian

Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan pendapatan wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini. Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi.

Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian :

a.         Semua Laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan laporan arus kas – sudah tercakup didalam laporan keuangan.

b.         Ketiga strandar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.

c.         Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tesebut telah melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangn telah dipenuhi.

d.        Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain laporan keuangan.

Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.

 

B.      Bagian-Bagian Dari Laporan Audit Bentuk Baku

Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian laporan audit berikut ini akan tetap sama.

a.         Judul laporan

b.         Alamat yang dituju laporan audit

c.         Pragraf pendahuluan

d.        Pragraf lingkup audit

e.         Pragraf pendapat

f.          Tanda tangan dan nama akuntan publik

g.         Tanggal laporan audit

 

C. Keadaan Yang Menyebabkan Panyimpangan Pendapat Dari Wajar Tanpa Pengecualian

Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar ada tiga topik yang berhubungan, yaitu: yang menyebabkan penyimpangn dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat selain dari pendapat wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.

Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit.

Kondisi 2. Laporan keungan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai

 

Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian

Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian dalam laporannya. Pendapat tidak wajar (adverse opinion), pernyataan tidak memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

a.         Pendapat Tidak Wajar

b.         Pernyataan Tudak Memberikan Pendapat

c.         Pendapat Wajar Dengan Pengecualian

 

MATERIALITAS

Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapt mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang mendalam atas penerapan materialitas.

 

LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MATERIALITAS

Langkah 1

MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL

PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Dinamakanpertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit.

Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi.

 

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENILAIAN

Beberapa factor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang snagat penting untuk diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai berikut :

1.         Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute

Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.

2.      Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas

Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali naik turun secara signifikan dari tahun ketahun, sehingga tidak dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau asset bersih. Setelah menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar, total asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal kedalam prinsip audit.

 

1.                     Factor-Faktor Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas.

Langkah 2

MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KESETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)

Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima.

 

Langkah 3

MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN PENILAIAN AWAL

Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.

 

Langkah 4

MENGERSTIMASIKAN SALAH SAJI GABUNGAN

 

Langkah 5

MEMBANDINGKAN ESTIMASI SALAH SAJI GABUNGAN DENGAN MATERIALITAS DALAM PENILAIAN AWAL ATAU PENILAIAN YANG DIREVISI

RISIKO

Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat ketidakpastian dalam menjalankan fungsi audit.

Model risiko audit dan perencanaan

Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya.

 

JENIS-JENIS RISIKO

1.      Risiko Deteksi yang Direncanakan (Planned Detection Risk)

Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. Risiko ini hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu risiko dalam model risiko audit tersebut.

2.      Risiko Bawaan (inherent risk)

Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien.

3.      Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien.

4.      Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)

Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.

 

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Dalam sebuah pengauditan, auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima, lebih utama dilakukan selama masa perencanaan. Pertama, auditor menetapkan risiko kontrak kerja dan kemudian menggunakan risiko kontrak kerja tersebut untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.

 

DAMPAK RISIKO KONTRAK KERJA TERHADAP RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor atau KAP akan mendapat masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. Risiko kontrak kerja sangat terkait erat dengan risiko bisnis klien. Sangat penting untuk dicatat bahwa auditor tidak menyetujui mengenai apakah risiko kontrak kerja harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit.

 

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO AUDIT

1.    Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal Laporan Keuangan

Faktor-faktor yang merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan :

                  a.     Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total atau pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat diterima.

                  b.     Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan public umumnya diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup lainnya. Untuk perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan lainnya adalah SEC, analisis keuangan, dan masyarakat umum.

                  c.     Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memiliki sejumlah besar liabilitas,besar kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih luas oleh para kreditor yang ada ataupun para calon kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih sedikit liabilitas.

 

Kemungkinan Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Diterbitkan. Sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, namun beberapa factor berikut dapat menjadi indicator yang baik atas meningkatnya kemungkinan kegagalan keuangan tersebut.

              a.          Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam pembayaran utang-utangnya. Auditor harus menilai kemungkinan dan seberapa besar penurunan posisi likuiditas yang terjadi terus-menerus.

             b.          Laba (rugi) ditahun-tahun sebelumnya. Sangat penting untuk mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa dalam saldo laba.

              c.          Metode pertumbuhan pembiayaan. Auditor harus mengevaluasi apakah asset tetap klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjan, karena sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat akan memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan.

             d.          Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya.

              e.          Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus menerus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

 

2.         Evaluasi Auditor Terhadap Integritas Manajemen

Perusahan-perusahaan dengan integritas rendah sering kali menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan para pemegang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya, konflik-konflik tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidaksetujuan lainnya.

 

3.         Membuat Keputusan Risiko Audit yang Dapat Diterima

Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang “berisiko” harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan staf audit yang lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag lebih mendalam atas dokumentasi audit. Sejalan dengan perkembangan kemajuan kontrak kerja, auditor mendapatkan informasi tambahan mengenai klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima dapat dimodifikasi.

 

MENILAI RISIKO BAWAAN

Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit merupakan slah satu konsep penting dalam pengauditan. Hal ini mengimplikasikan bahwa auditor harus mencoba untuk memprediksi bagian mana kemungkinan terdapat salah saji dalam laporan keuangan. Informasi ini memengaruhi jumlah bukti yang akan dikumpulkan auditor, penugasan staf dan penelaahan dokumentsi audit.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Bawaan

Auditor harus menilai factor-faktor yang menyusun risiko dan memodifikasi bukti audit yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Auditor harus mempertimbangkan beberapa factor utama berikut ketika menilai risiko pengendalian.

a.    Sifat bisnis klien

b.    Hasil pengauditan sebelumnya

c.    Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang

d.   Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

e.    Transaksi-transaksi yang tidak rutin

f.     Penilaian yang diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi dengan benar

g.    Membuat populasi

h.     Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan

 

Faktor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan asset

Membuat Keputusan Risiko Bawaan

Auditor harus mengevaluasi informasi yang dapat memengaruhi risiko bawaan dan memutuskan factor risiko bawaan yang tepat untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan audit. Beberapa factor seperti kontrak kerja pertama atau kontrak kerja yang berulang, hanya akan memengaruhi akun-akun atau tujuan audit tertentu saja.

 

Mendapatkan Informasi Untuk Menilai Risiko Bawaan

Auditor mulai melakukan penilaian atas risiko bawaan selama fase perencanaan dan memperbarui penilaian tersebut disepanjang pengauditan.

 

HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Konsep materialitas dan risiko dalam audit sangat berkaitan erta dan tidak dapat dipisahkan. Risiko merupakan ukuran atas ketidakpastian, sedangkan materialitas merupakan ukuran besaran atau tinggi rendanhnya. Bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian dalam suatu besaran tertentu.

 

MERIVISI RISIKO DAN BUKTI

Dalam merivisi risiko dan bukti audit, auditor sebaiknya mengikuti pendektan dua langkah berikut ini:

  1. Auditor harus merivisi penilaian awal dari risiko yang wajar. Adalah pelanggaran jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wahar
  2. Auditor harus mempertimbangkan dampak dari rivisi terhadap bukti yang diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam bidang audit telah menunjukkan, jika risiko yang dirivisi digunakan dalam model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan yang juga telah direvisi, ada bahaya dari tidak meningkatkannya bukti secara memadai. Sebagai gantinya, auditor harus berhati-hati mengevaluasi implikasi dari revisi risiko dan memodifikasi dengan tepat, diluar dari model risiko audit.